NASA Membenarkan Sungai Eufrat akan Alami Kekeringan

Badan antariksa Amerika Serikat pada 2013 mengungkap bahwa air di wilayah Timur Tengah mengalami pengurangan atau mengering. Berkurangnya air ini dipelajari mulai Januari 2003 hingga Desember 2009 dengan memanfaatkan satelit Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE).

Dilansir Nasa.gov, Kamis (5/1/2017), ilmuwan di University of California, NASA Goddard Space Flight Center, National Center for Atmospheric Research, menemukan selama periode tujuh tahun yang dimulai 2003 bahwa bagian dari Turki, Suriah, Irak, dan Iran sepanjang sungai Tigris dan Eufrat mengalami kehilangan 144 kilometer kubik dari jumlah air tawar yang tersimpan.

“Data GRACE menunjukan tingkat yang mengkhawatirkan dari penurunan total penyimpanan air di lembah sungai Tigris dan Eufrat,” kata Jay Famiglietti, peneliti utama di UC Irvine.

Diambil dari berbagai sumber, alasan mengeringnya sungai eufrat ialah akibat bendungan Ataturk. Bendungan ini dibangun untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dan penyedia irigasi bagi lahan pertanian.

Sekira 90 persen dari debit tahunan Sungai Eufrat berasal dari Turki, sementara sisanya berasal dari Suriah serta Irak. Pada pertengahan Januari 1990, fase pertama pembangunan bendungan selesai, Turki menahan seluruh aliran Sungai Eufrat selama sebulan untuk memulai pengisian waduk.

Bendungan Ataturk memotong aliran dari sungai Eufrat sekira sepertiganya. Temuan ilmiah ini mengingatkan pada salah satu hadits.
“Hari kiamat tidak akan terjadi sampai sungai Eufrat (mengering lalu) menyingkapkan gunung emas. Orang-orang saling membunuh untuk memperebutkannya. Terbunuhlah pada setiap 100 orang itu 99 orang, namun masing-masing dari mereka berkata, ‘barangkali aku yang menjadi orang yang selamat itu,” (HR. Muslim). (ahl/okezone)

Share on Google Plus

About Hanafi Idris

0 comments:

Post a Comment