Gunung Gede Panggrango atau yang dikenal juga dengan nama "Taman Nasional Gede Pangrango" merupakan destinasi wisata populer yang berada di kawasan Bogor, Jawa Barat. Tak heran jika waktu libur telah tiba maka kawasan taman nasional ini agar diserbu oleh para wisatawan. Umumnya para wisatawan tersebut datang dari berbagai daerah, tak terkecuali Jakarta. Mungkin karena akses dan rute perjalanannya yang tak terlalu jauh, sehingga membuat antuasiasme para warga ibu kota untuk datang berlibur sangatlah besar.
Masuk sebagai salah satu
tempat wisata Bogor, sehingga membuat nama gunung gede pangrango kian populer. Meskipun demikian, pada bulan Agustus 2016 pihak Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menutup akses pendakian selama satu bulan lamanya. Mengapa demikian? ya, memang menurut pengelola mereka mengakui bahwa terdapat dua faktor utama yang diharuskan menutup sementara aktifitas
pendakian gunung gede pangrango. Alasan tersebut diantaranya karena pihak pengelola mengakui adanya kekurangan tenaga pengawas untuk mengawasi para wisatawan pada musim tersebut, dimana pada bulan Agustus yang lalu bertepatan dengan libur Hari Raya. Kemudian alasan lainnya ialah pihak pengelola akan melakukan beberapa perbaikan terhadap fungsi ekosistem dari taman nasional ini sebagai mana mestinya. Sehingga kelak akan memudahkan dan memberikan kenyamanan terhadap para wisatawan yang datang.
|
puncak gede |
Seperti yang telah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia, bahwasanya gunung gede pangrango memiliki begitu banyak petilasan penginggalan sejarah yang dianggap sakral, oleh karena itulah gunung ini sering juga didatangi oleh banyak peziarah yang bertujuan sebagai napak tilas terhadap beberapa tokoh ataupun kejadian di massa lampau. beberapa petilasan yang sering dikunjungi antara lain seperti petilasan Pangeran Suryakencana, Puteri Jin dan Prabu Siliwangi. Selain hal tersebut, gunung gede memang terkenal pula dengan berbagai cerita mistis yang sangat kental. Beberapa cerita mistis tersebut diantaranya ialah adakalanya para pendaki yang telah sampai di Alun Alun Suryakecana sering mendengar suara dari tapak kuda yang sedang berlari. Konon masyarakat percaya jika kita mendengar suara tersebut, bahwa itulah saat Pengeran Suryakenca datang kembali ke alun-alun dan dikawah oleh para penjaga berkuda. Nama Pangeran Suryakencana dikenal oleh masyarakat sebagai putera dari Pangeran Aria Waratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang berasal dari perkawinan dengan puteri jin. Kemudian Pangeran Suryakencana memiliki dua orang putera yaitu Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi. Selain sering terdengar suara kuda yang berlari, adakalanya juga para pendaki seperti melihat sebuah istana yang berada di tengah alun-alun suryakencana. Misteri dan sejarah lainnya ialah terdapat petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berbentuk sebuah batu besar yang menyerupai sebuah pelana, yang biasa disebut dengan nama "Batu Dongdang". Hingga saat ini batu tersebut masih dapat dilihat pada bagian tengah alun-alun. Batu tersebut dipercaya telah dijaga pula oleh Embah Layang Gading. Misteri gunung gede lainnya ialah pada hutan yang mengelilingi alun-alun suryakencana, terdapat sebuah makan kuno bersemayamnya Prabu Siliwangi. Konon pada masa kejayaannya yang menguasai hampir seluruh wilayah Jawa Barat, terjadi dua peperangan besar yaitu peperangan melawan Kerajaan Majapait dan Kesultanan Banten. Singkat cerita, Prabu Siliwangi mengalami kekalahan besar terhadap dua peperangan tersebut dan melarikan diri dengan para perajuritnya untuk bersembunyi di kawasan gunung gede. Misteri lainnya ialah terdapat dua buah batu besar didepan halaman parkir kendaraan wisatawan kawasan Cibodas, konon dua batu tersebut dijaga oleh Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok.
Terlepas dari segala mitos ataupun cerita mistis yang menyelimuti kawasan gunung gede, sejogjanya tak perlu dikhawatirkan selama tak bersikap arogan ataupun sombong. Menjaga dan ikut melestarikan segala apa yang telah ada, saya rasa akan lebih bijak jika dibandingkan dengan cuek ataupun acuh, sehingga bisa saja dapat merusak segala sesuatu yang bisa saja berdampak rusaknya terhadap nilai sejarah bangsa ini.
Tak seperti halnya wisata gunung lainnya, untuk dapat mendaki gunung gede pangrango memang memiliki aturan yang cukup ketat. Pasalnya memang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pernah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977. Kemudian pada kawasan hutannya pun ditetapkan sebagai salah satu hutan yang memiliki jenis flora terbanyak di Indonesia dan bahkan dibeberapa negara tetangga. Dimana memiliki juga banyak ekosistem yang berupa beberapa formasi hutan, danau, rawa dan savana. Alhasil maka tak diherankan jika terdapat berbagai jenis fauna yang hidup di kawasan pegunungan ini. Sebagai contohnya terdapat 251 jenis burung dari 450 jenis burung yang tercatat hidup di Pulau Jawa. Salah satunya terdapat jenis burung langka seperti Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) dan juga Celepuk Jawa (Otus Angelinae). Sungguh kaya bukan? maka tak heran sudah jika kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional.
Gunung gede pangrango memiliki dua buah puncak yaitu puncak gede dengan ketinggian 2598 mdpl dan puncak pangrango dengan ketinggian 3019 mdpl. Dengan memiliki kontur jalur yang tak terlalu extream, oleh karena hal tersebut gunung gede pangrango acap kali menjadi pilihan favorite bagi para pendaki pemula. Memang untuk dapat mendaki gunung gede tidaklah mudah seperti halnya kamu mendaki gunung lainnya. Namun tak perlu khawatir, sebelum melakukan pendakian beberapa hari sebelumnya kamu dapat datang ke kantor Resort TNGP Cibodas yang terletak di sebelah kanan sebelum pintu masuk kawasan Kebun Raya Cibodas. Setibanya kamu dikantor tersebut, kamu lakukan proses pendaftaran dan membayar simaksi sebesar Rp. 27.500/orang untuk weekday dan sekitar Rp. 32.500/0rang untuk weekend (update 2016). Jika tak ingin datang langsung, kamu juga dapat melakukan registrasi via online dengan mengunjungi situs booking gunung gede pangrango. Sebetulnya untuk dapat mendaki gunung gede pangrango, kamu dapat melawati dua jalur yaitu via Cibodas, via Gunung Puteri Cianjur dan via Selabintana. Akan tetapi pada kali ini saya akan mencoba berbagi pengalaman dengan mendaki gunung gede pangrango via Cibodas. Bagaimana, tertarik untuk mencoba mendaki gunung gede pangrango? silakan kamu simak terlebih dahulu konten artikel saya berikut ini.
Dalam kesempatan kali ini saya mencoba mengulas perihal pendakian gunung gede pangrango via jalur Cibodas atau rute Cibodas. Semoga kiranya pengalaman saya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kamu ataupun para pembaca budiman lainnya, yang ingin mencoba untuk mendaki gunung gede pangrango.
Sebagai titik start awal perjalanan jika kamu berdomisi di Jakarta, sama seperti saya. Kamu dapat menggunakan bis dengan jurusan Bandung, seperti contohnya Primajasa atau Doa Ibu dengan biaya sekitar Rp. 45.000/orang. Kemudian turun di pertigaan Cibodas, setibanya di pertigaan Cibodas kamu dapat melanjutkan perjalanan dengan mencari mobil angkutan umum berwarna merah untuk dapat mengantarkan kamu ke Green Ranger Cibodas atau Warung Mang Idi, keduanya adalah sebuah rumah yang biasa digunakan oleh para pendaki untuk sekedar beristirahat atau tidur di lantai atas, sebelum memulai pendakian. Pada warung Mang Idi terdapat seorang nenek yang biasa dipanggil oleh para pendaki dengan sebutan "Grandma", beliau adalah istri dari
Idhat Shidarama Lubis yang merupakan kakak kandung dari Idhan Lubis (seorang aktifis sekaligus anggota Mapala UI yang gugur saat berada di Puncak Mahameru bersama dengan Soe Hok Gie, pada 16 Desember 1964).
Kembali pada topik pembahasan kali ini, yaitu pendakian gunung gede pangrango. Setibanya kamu di basecamp pendakian Cibodas, kamu diharuskan melakukan registrasi ulang pada ranger dengan menunjukkan bukti booking dan simaksi. Pada tahapan ini, usahakan kamu mencatat point-point penting yang perdapat pada jalur, sehingga nantinya disaat mendesak dapat digunakan sebagai acuan. Selepas dari basecamp, kamu dapat langsung memulai perjalanan kamu untuk mulai bertualang di Taman Nasional Gunung Gede, pemandangan indah berupa rumput ilalang akan menemani kamu disaat mulai melakukan pendakian. Setelah melewati beberapa lama perjalanan, kamu akan menemukan cek point pertama yaitu "Telaga Biru" yang berada disisi kiri jalur pendakian, mengapa bernama Telaga Biru? Seperti halnya yang dikenal pada telaga pada umumnya yang mempunyai arti sebuah danau kecil, akan tetapi pada kawasan ini warna pada telaga tersebut sering kali mempunyai warna biru yang di akibatkan oleh ganggang pada dasar telaga. Pada kawasan sekitar telaga biru, dapat ditemui berbagai vegetasi tumbuhan air dengan suasana yang sejuk. Begitu hening, ditambah suara gemericik air menambah kian suasana syahdu. Beristirahat sejak dan menikmati panorama alam, saya rasakan begitu nyaman kala berada di telaga biru.
|
kontur jalur berupa batu, tanah dan akar pohon |
Setelah merasakan cukup, saya kembali bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju cek point selanjutnya yaitu "Rawa Gayonggong". Dimana kamu akan melewati sebuah jembatan sepanjang 1 Km yang terbuat dari semen dengan bentuk menyerupai gelonggongan kayu, memiliki pemandangan indah berupa background gunung gede dari kejauhan dan ditambah rumput ilalang dan berbagai jenis tanaman air dapat dijumpai ditempat ini. Namun kamu diharapkan berhati-hati dalam melintasi jembatan ini, pasalnya sudah terdapat dibeberapa titik kerusakan pada jembatan, ya mungkin diharapkan pihak pengelola untuk secara serius memperbaiki jembatan ini, mengingat nilai keselamatan dan keamanan menjadi prioritas yang utama. Dikarenakan memang dalam pendakian kali ini saya tak mengejar waktu, sehingga saya pun lebih santai, seraya bisa menikmati pemandangan. Sehingga memang saya melakukan banyak berhenti sejenak untuk beristirahat.
|
jembatan rawa gayonggong |
|
beristirahat dijembatan |
Puas menikmati segala keindahan alam di rawa gayonggong, saya kembali meneruskan perjalanan menuju Pos Panyangcangan Kuda, yaitu berupa pecahan jalur dimana jalur kanan digunakan untuk menuju curug atau
air terjun Cibeureum. Pada titik ini, saya mencoba untuk langsung melanjutkan perjalanan untuk menuju cek point selanjutnya yaitu berupa aliran pajang air panas yang dapat dilalui dengan berpijak pada batu-batu besar, kemudian di sisi kanan langsung berupa jurang yang hanya dibatasi oleh tali saja. Ya, memang faktor pengamanan pada titik ini cukup minim, karena bisa saja para pendaki kurang hati-hati berpijak pada batu dan akhirnya terperosok masuk dalam jurang. Sehingga dibutuhkan kehati-hatian extra untuk menentukan batu yang akan digunakan untuk berpijak dan juga waspada terhadap uap panas yang berasal dari air panas yang berada disisi kiri.
Dikarenakan memang jalur yang dilalui berupa bebatuan, sedikit tips kamu diharuskan menggunakan sepatu anti slip dengan ketebalan dan kualitas yang baik, sehingga tak menyebabkan nyeri pada telapak kaki. |
pos panyangcangan kuda |
|
pos air panas |
Bila kamu telah melewati aliran air panas tersebut, maka telah sampailah kamu di cek point berikutnya yaitu "Kandang Batu", pada pos ini terdapat space tanah yang dipenuhi oleh banyak batuan alam. Dikarenakan pada pos berikutnya yaitu "Kandang Badak" telah dipenuhi oleh tenda para pendaki lainnya. Maka saya memutuskan untuk membuka tenda pada kandang batu, ya memang agak sedikit kecewa tapi mau tidak mau hal tersebut harus dilakukan, pasalnya hanya kedua pos ini saja yang dapat digunakan untuk membuka tenda, jika kamu melakukan pendakian gunung gede via Jalur Cibodas. |
berfoto ria abadikan moment |
|
suasana pos kandang badak |
Keesokan harinya, saya kembali mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gede. Namun sebelum itu, akan dijumpai kembali persimpangan jalur dimana untuk jalur kanan akan mengaju Puncak Pangrango. Bila kamu ingin menuju puncak tersebut, kamu dapat mengikuti rute tersebut dengan lama perjalanan mungkin sekitar 2.5 jam. Dengan kontur jalur landai pada awalnya dan kemudian menurun, setelah itu langsung menanjak hingga puncak. Setibanya di puncak, kamu akan dapat melihat padang savana dan juga padang edelweis terhampar begitu luas. Tak begitu jauh, kamu juga dapat menemukan "Lembah Mandawangi" atau yang disebut juga dengan "Lembah Kasih Sayang". Konon pada tempat inilah sosok Soe Hok Gie, sering menghabiskan waktu untuk membuat beberapa karya puisi. Mungkin karena suasananya yang hening dan sepi seperti inilah, yang dapat memecahkan kebuntuan sehingga timbul inspirasi untuk menulis. Nampak dari kejauhan Gunung Salak terlihat mengintip malu diantara awan tipis yang menyelimuti. Sebetulnya pada Lembah Mandawangi memang terdapat space untuk membuka tenda, namun cuaca yang cukup dingin bila malam hari tiba membuat banyak para pendaki enggan untuk bermalam disana.Kembali pada persimpangan jalur sebelumnya, untuk menuju Puncak Gede kamu dapat mengambil jalur lurus, dan tak jauh berselang kamu akan menjumpai sebuah jalur yang disebut dengan "Tanjakan Setan". Mengapa dinamakan tanjakan setan? apa mungkin dikawasan tersebut banyak dihuni oleh mahkluk halus? ya, sebetulnya sih tidak demikian. Dinamakan tanjakan setan, pasalnya jalur tersebut memiliki tanjakan dengan sudut kemiringan hingga sekitar 50-60 drajat, dengan panjang jalur sekitar 5 meter. Namun untuk memudahkan para pendaki untuk melintas, pihak pengelola sudah melengkapi dengan tali tambang yang dapat digunakan sebagai tumpuan untuk berpegangan. Akan tetapi, bilamana kamu tak ingin melewati tanjakan tersebut, kamu juga dapat melewati jalur alternatif yang sudah dibuat agak landai. Setibanya pada puncak, kamu akan disuguhkan panorama indah dengan hamparan awan putih, seakan membuat mata enggan untuk berpaling. Berfoto ria merupakan hal lumrah yang dilakukan mengingat segala kecantikan pemandangan alam yang sangat sayang bila tak diabadikan dalam bentuk foto. Terdapat pula prasasti in memoriam dari para pendaki yang telah gugur dalam upaya mendaki gunung gede sebelumnya. |
tanjakan setan |
Puas menikmati segala apa yang telah disajikan oleh alam, kamu dapat bergegas untuk kembali turun gunung. Dalam menuruni gunung gede terdapat dua opsi, yaitu kamu dapat kembali pada jalur yang digunakan sebelumnya atau berjalan melintas menuju pos pendakian jalur Gunung Puteri. Biasanya para pendaki melakukan hal tersebut, dikarenakan tak ingin melewatkan kesempatan untuk datang berkunjung ke tempat yang cukup populer yaitu "Surya Kencana". Merupakan sebuah padang luas yang melebihi dari luas oro-oro ombo di Semeru. |
suasana surya kencana |
Melihat hamparan rumput yang berpadu dengan bunga edelweis. Seakan membuat kian diri ini terhipnotis dan terbuai dengan suasana alam yang indah nan elok. Seraya melihat bunga edelweis dan langit biru membuat sadar akan diri ini yang terkadang merasa congkak dan angkuh, menilai bahwasanya diri ini selalu merasa diatas segalanya. Memang sudah menjadi hakekat manusia yang terlahir memiliki sifat egois dalam dirinya. Namun sifat egois tersebut dapat berubah menjadi positif, bilamana tau seberapa besar kadarnya dan tau harus ditempatkan dimana. Lain halnya jika rasa egois tersebut bercampur dalam kesombongan yang akhirnya dapat mengalahkan hati nurani seseorang, dapat dipastikan kehancuran belaka yang akan ia dapatkan. Selalu berkaca, berusaha mengenal terlebih dahulu siapa diri ini dan niscaya maka kamu akan selangkah lebih dekat dengan Sang Pencipta. Demikianlah ulasan saya kali ini perihal pendakian gunung gede pangrango via jalur Cibodas atau rute Cibodas. Semoga kiranya pengalaman saya dapat dijadikan sumber referensi bagi kamu atau para pembaca budman lainnya, yang ingin mencoba untuk mulai mendaki gunung gede. Kamu dapat juga membaca tentang
Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting.
0 comments:
Post a Comment