Terbongkar - Rahasia Kesuksesan Lippo Group Bagian 3

Terbongkar - Rahasia Kesuksesan Lippo Group Bagian 3



BAB 2 CARA HALUS


Inti dari cara ini adalah dengan menggiring anda untuk secara sukarela menyerahkan perusahaan atau aset property anda pada group Lippo secara sah.

Kok Mau ?

Karena anda sudah mengagguminya, anda percaya padanya, dan anda rendah diri di hadapannya. Ada juga masanya dimana anda terpaksa melakukan deal ini dengannya. Kalau sudah begitu, apapun yang dia sodorkan anda akan patuh saja. Tapi semuanya itu sudah disetting.

Kasus Kemang Village

Ceritanya, pemilik Kemang Village, ibu Maria Korompis si pemilik tanah raksasa di Kemang itu mau jual tanahnya. Ibu Maria di dekati oleh seorang antek kepercayaan James (Biasanya Eddy Sindoro). Menurut sumber yang saya dengar, si Eddy ini adalah orang yang bisa berbohong sambil menatap tulus mata anda. Jadinya, banyak sekali orang tertipu olehnya. Dikatakan kalau James si bos besar sudah tertarik dengan tanah si ibu, dan meminta si ibu untuk datang menghadap si bos. Siapa bosnya ? Itu tuh, si James Riady dari Lippo. Konon, si ibu kegirangan sekali mendengarnya (sama seperti waktu om saya deal dengan lippo)

Pada hari H, ibu Maria dan keluarganya dilarang menggunakan mobil sendiri, tapi dijemput dengan Rolls
Royce dari Lippo, oleh Eddy Sindoro yang notabene adalah tangan kanan bos besar. Sepanjang jalan, si ibu mendengar tangan kanan bos ini memuja‐muji kehebatan bosnya.

Memasuki kawasan Karawaci, si Eddy semakin menjadi memuja‐muji bosnya. Dia tunjuk sana sini. Tidak hanya kemampuan bosnya dalam mengelola bisnis dan membangun gedung‐gedung mewah, tapi juga iman kristiani si bos. Mobil masuk ke kompleks Taman Golf Karawaci, yang merupakan pemukiman paling elite disini. Si Eddy menunjuk ke kanan dan kiri sambil menyebutkan nama orang‐orang hebat yang tinggal di kompleks itu. Mobil melaju terus menuju gerbang yang lebih megah dan di
jaga ketat. Setelahnya melaju menyebrangi jembatan menuju ke sebuah pulau dengan pemandangan yang asri, dimana berdiri rumah paling megah di kawasan ini.

Rumah ini luas dan beratap tinggi tapi tidak terlalu banyak pernak pernik. Didalamnya terkesan kosong dan luas, namun tetap mempertahankan kemegahannya. Saat mereka masuk kedalam, si bos besar ceritanya belum pulang. Para tamu diantar ke ruang khusus untuk dijamu dengan hidangan‐hidangan mewah. Sementara itu, si Eddy terus saja melantunkan puji‐pujian setinggi langit perihal keluarga Riady.
Barulah, setelah si ibu mulai memuji‐muji si bos. Si bos tiba‐tiba datang. Bukan dengan cara masuk yang sama, tapi melalui helikopter yang sengaja lewat di depan para tamu. Si bos akan turun dengan penuh gaya mendekati para tamu. Si Eddy akan bangkit dan menyambut sang bos, menyalaminya, kemudian memperkenalkan tamu mereka. Si bos menatap si ibu dengan ramah, dan menyalaminya.

Jika anda adalah tamu itu, kira‐kira apa yang anda rasakan ?

Saya dan keluarga, yang pernah menerima perlakuan serupa tentu saja ciut nyali. Kita merasa kecil dibandingkan yang mulia James Riady (JR). Rasanya, demikian jugalah yang dirasakan oleh Maria Korompis (MK)

JR : Ibu, Maria tanah ibu bagus sekali, sayang sekali dijual. Tanah di Jakarta sudah langka sekali loh bu. Apalagi yang sebesar ibu punya

MK : yah, bagaimana ya. Saya tidak bisa urus tanahnya. Biaya makin mahal. Umur saya sudah tua. Mau nikmatin aja.

JR : Wah ibu salah sekali. Ibu harus pikirkan juga anak cucu ibu. Begini aja, tanah ibu kan senilai 1 Trilyun ya. Saya bayar ibu 100 Milyard, sisanya ayo kita bangun apartment, mall dan office building. Saya akan invest lagi 500 Milyard, sisanya kita akan ambil loan dari dana REITS yang bunganya Cuma 5%, jauh dari bunga bank sekarang yang 14%. Perkiraan saya, nanti kalau sudah jadi, aset ini nilainya tidak hanya 1 Trilyun, tapi akan menjadi 1 milyard dollar. Ibu akan dapat 1 Trilyun yang ibu mau, dan sisanya adalah passive income untuk ibu dan keturunan ibu sampai selamanya.

Singkat cerita, si ibu Maria ini terbuai dan menyetujui menanda tangani kerja sama dengan Lippo. Dengan kondisi terkagum‐kagum dan percaya seperti ini, kalaupun anda disodorkan perjanjian dengan kata‐kata menjebak, seringkali kita mengabaikannya. Kalaupun kita sadar, kita akan mengabaikannya juga. Karena kita yakin Riady yang terkenal sangat saleh itu tidak mungkin berkhianat pada kita.

Yang terjadi kemudian adalah ibu Maria dan keluarganya kehilangan seluruh tanahnya. Bagaimana bisa ?

Yang pertama adalah tentang bunga 5%. Benarkah itu ? ya secara legal memang Cuma 5%. Tapi mungkin yang anda bayarkan lebih dari 100% Loh ?

Iya, karena kontraktor dari dia, bahan dari dia, arsitek dari dia, karyawan dari dia, semua‐mua dari dia dan kita tidak tahu berapa kali lipat dia mark up. Selain itu, penjualan juga sengaja dia perlambat. Akibatnya, perusahaan kesulitan cashflow dan terpaksa disita. Setelah disita, dia akan beli kembali dengan harga murah, dengan menggunakan keuntungan hasil mark up yang kemarin. Dengan kata lain, uangnya hanya pindah dari kantong kanan ke kantong kiri.

Tapi kenapa keluarga Korompis tidak melakukan perlawanan ?

Pertama, secara hukum mereka jelas sudah kalah.

Kedua, umumnya korban Riady ini dibuat sedemikian rupa mentalnya, hingga mereka tidak mampu melawan. Bagaimana caranya ? Saya akan bahas detail di bab‐bab berikutnya.

Kasus Tanah Lain Yang Mirip

Selain kasus model keluarga Korompis ini, ada juga kasus yang setengah jadi.

Bagaimana itu ?

Yaitu, tanahnya dikuasai dulu, kemudian mereka akan membuat rencana bangun, kemudian membuat tiang pancang. Setelahnya mereka tinggalkan begitu saja. Saat anda protes, dengan santai mereka akan menjawab “Belum waktunya. Ekonomi belum bagus”

Anda mau protes ? Ehhh tidak bisa, karena anda telah menanda tangani perjanjian yang tidak memungkinkan anda untuk memutuskan hubungan dengannya. Apalagi, dia sudah invest sejumlah uang untuk tiang pancang, yang artinya adanya pengerjaan di tanah tersebut.

Ada saran untuk mengatasi jebakan ini, yaitu memaksakan untuk memasukan pasal terminasi atau pembatalan jika pembangunan terlambat. Tapi jarang sekali yang mampu melakukan itu. Kalaupun pasal itu berhasil dimasukan, seringkali para korban tidak mampu mengeksekusinya.

Kenapa ? Baca terus buku ini dan anda akan tahu sendiri jawabannya. Ini yang terjadi pada paman saya yang berusaha melawan mereka.

Kasus Matahari Dept Store

Sekarang, mari kita bahas pencapaian terbesar grup Lippo. “Perampasan Matahari Putra Prima” Kenapa saya sebut pencapaian terbesar ? Karena saat buku ini ditulis, 80% penghasilan resmi grup ini adalah dari Matahari Putra Prima yang dirampasnya dari Pak Hari Darmawan.

Pada tahun 1990an, bisnis Department Store yang dirintis pak Hari Darmawan telah tumbuh sebagai toko retail pakaian terbesar di Indonesia. Seperti yang pernah saya sebutkan di bab 1 buku ini tentang bagaimana bank Lippo menjebak nasabahnya, maka Matahari Department Store segera masuk kedalam radar pemangsa dari Lippo. Beruntung bagi Hari Darmawan. Dia telah membangun bisnisnya sedemikian rupa hingga sulit untuk diambil paksa dengan cara‐cara kuno. 

Tapi Pak Hari memiliki beberapa kelemahan :

1. Dia dan keluarga Riady berasahabat baik, bahkan sama‐sama satu gereja dalam Jemaat Stephen Tong

2. Dia merasa berhutang budi pada Mochtar Riady, karena pernah mendapat bantuan pendanaan di awal kariernya untuk mengembangkan Matahari Departement Store

3. Dia sangat mengaggumi Mochtar Riady sebagai pebisnis jenius

Maka itu James merancang suatu jebakan :

1. Dia terus memuja muji kehebatan Matahari Putra Prima dan membuat Hari Darmawan menjadi besar
kepala

2. Dia memanfaatkan kepemilikannya atas bank Lippo dan persahabatannya pada Pak Hari, untuk menyatakan dukungannya pada pertumbuhan grup Matahari. 

Singkat cerita, Matahari grup berekspansi besar-besaran dengan dukungan kucuran dana massive dari Lippo. Kesempatan itu datang, saat James mendapat bocoran dari mata‐mata nya di bursa efek Jakarta, yang mengatakan bahwa Matahari Putra Prima berencana melakukan right issue untuk menutup hutang‐hutangnya yang membengkak karena membuka terlalu banyak toko di seluruh Indonesia. Berita ini di konfirmasi juga oleh Roy Tirtaji dari Lippo Bank yang ditugasi khusus memata‐matai Matahari.

Konon, James segera menyuap banyak bank dan investment bank untuk menjegal langkah right issue dari Matahari.

Pertama, dia menghancurkan harga saham matahari melalui short sell di pasar saham secara massive. Kedua dia menyuap banker untuk mencekik aliran pinjaman pada matahari. Yang ketiga adalah dengan menyebar isu kebangkrutan dan kerugian dari Matahari untuk menakuti mereka yang berminat membeli saham Matahari.

Hasilnya tepat seperti yang James inginkan. Pak Hari Darmawan segera saja tercekik hutang. Kemanapun dia minta tolong tidak ada yang bersedia memberinya bantuan. Saat Pak Hari Darmawan mencoba bertahan, tiba‐tiba istrinya katanya sakit keras hingga menguras perhatiannya. Pak Hari jadi semakin tertekan dan stress Hingga akhirnya dia meminta tolong pada James. James yang cerdik bersedia membeli Matahari Departemen Store. Tapi dia tidak membayarnya dengan uang melainkan dengan saham‐saham perusahaannya yang lain.

JR : Pak Hari, you tidak usah kuatir. You fokus saja pada urusan keluarga. Biar bisnis ini saya yang urus. You duduk tenang dan terima deviden yang jadi bagian you. Kepada James yang tampak mulia itu, yang rajin kegereja itu, anak dari bankir legendaris Mochtar Riady itu dan dijuluki sebagai pebisnis muda berbakat itu, Pak Hari Darmawan menyerahkan Matahari Putra Prima untuk ditukar dengan tumpukan saham milik grup lippo yang sudah digorengnya setinggi langit. Dan seperti yang sudah bisa ditebak. Pak Hari kehilangan segalanya, karena saham yang dimiliki pak Hari besoknya langsung terjun bebas tidak bernilai. Pak Hari yang kelilit hutang terpaksa menjualnya dengan harga murah, dan dengan senang hati dibeli kembali oleh James.

Kasus ini sempat heboh di akhir 90an, namun berita ini terkubur oleh berita Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia. Konon Pak Hari Darmawan sempat menantang James berkelahi, tapi dilerai oleh pendeta Stephen Tong. Kisah ini cukup terkenal dikalang pengusaha waktu itu, dan dapat di konfirmasi ke banyak sumber. Sayangnya saya tidak bisa menemui pak Hari untuk mengkonfirmasi kisah itu. Walaupun mungkin saya ragu beliau mau bicara. Karena satu dua hal, yang konon salah satunya adalah karena beliau sudah memasrahkan dirinya pada Tuhan. Jika saja pak Hari baca buku ini, saya dengan tulus mengucapkan prihatin.

Teknik Pengambil Alihan Paksa Lainnya

Ada teknik lain yang katanya menjadi favorite Lippo dalam pengambilan paksa perusahaan. Sayang saya
tidak dapat mengkonfirmasi perusahaan apa saja yang jadi korban. Walaupun begitu, banyak yang menceritakan kisah ini. Maka itu saya masukan sebagai satu referensi.

Anggaplah Mr.X seorang pebisnis yang ingin membesarkan usahanya, dan dia melakukan perjanjian pendanaan dengan keluarga Riady. James akan memaksa anda untuk kerja keras membesarkan terus usaha anda yang sebagai akibatnya adalah perlunya modal semakin besar. Pada saat kebutuhan modal itu muncul, kedua belah pihak harus melakukan setor modal. Saat itu anda tidak akan punya uang dan terpaksa menjual saham anda padanya. Makin lama saham anda akan makin sedikit hingga akhirnya sangat sedikit dan anda ditendang keluar, kemudian saham anda akan dibeli murah.

JR : Saya mau ekspansi lagi. Kali ini kita perlu modal 10 M. Kamu sanggup setor berapa ?

Anda : Saya Cuma punya 1 M hasil dari deviden kemarin.

JR : gapapa. Sisanya saya beli dari saham kamu Berikutnya

JR : kita perlu setor modal lagi nih. Punya uang ga ?

Anda : belum nih

JR : ya sudah saya beli saham anda lagi untuk tutupi kekurangan modal

Hingga akhirnya saham anda tinggal sedikit. Diadakanlah RUPS untuk mengganti anda dengan orangnya dia. Kemudian perusahaan dipaksa bagi deviden untuk menebus modal yang kemarin dia keluarkan. Saat perusahaan makin sekarat dia akan paksa anda lepas saham anda dengan harga murah padanya.

Untuk mengatasi tehnik ini, kita harus memaksa JR bersedia mempertahankan porsi saham kita seiring
pertumbuhan. Dia akan menjamin ketersediaan modal, sementara kita adalah tenaga ahlinya. Inilah yang dilakukan oleh Johanes Oentoro (JO), si pendiri UPH. 

JO : Pak James, ok saya bersedia mengembangkan bisnis ini dengan anda. Anda sebagai pemodal dan saya sebagai expert. Tapi saya tidak mau saham saya terus berkurang. Saya mau saham saya dipertahankan terus 30%, tidak perduli berapapun modal yang anda suntikan nantinya.

JR : Wah mana bisa begitu. Tidak fair dong.

JO : Makanya, ekspansi kita harus benar kita pikirkan dengan cermat. Kalau anda tidak setuju tidak apa, anda bisa cari yang lain.

JR : ya ya ya, ga papa. Biasanya saya tidak akan mau deal tidak fair seperti ini. Tapi karena ini adalah pak Johannes saya ok. Tapi ingat ya ini hanya dengan anda saja.

Johannes Oentoro merasa pintar berhasil menaklukan seorang James Riady. Tapi sayangnya dia puas terlalu cepat. Dia lupa kata pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada satupun perjanjian yang dapat melindungi anda dari orang yang berniat mencurangi anda.

Saat bisnis UPH menjadi sangat besar dan JR memiliki semua ilmu yang dia perlukan untuk menjalankan bisnis ini sendiri, JO dilenyapkan dan sahamnya diambil alih dari keluarganya. Tentang bagaimana caranya, anda akan tahu nanti. Maka itu, selalu ingat untuk tidak pernah lengah.



Tulisan Ini Dibuat Oleh Pengguna Facebook Nelly Juliana
Aktivis Rumah Amanah Rakyat





Artikel Lainnya


loading...
Share on Google Plus

About Citizen Journalist

0 comments:

Post a Comment