Pemerintah Impor Lagi Daging Kerbau 30.000 Ton Dari India

Pemerintah merasa kebi­jakan impor daging kerbau asal India selama ini memberikan banyak manfaat. Masyarakat menjadi memiliki alternatif untuk mendapatkan daging di tengah tingginya harga daging sapi. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan membuka kembali keran impor pada tahun ini.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemen­terian Pertanian (Kementan) Ketut Diarmita mengungkapkan, izin pemasukan daging kerbau India yang sudah dikeluarkan pihaknya untuk Perum Bulog mencapai 30 ribu ton.

“Izin pemasukan daging ker­bau untuk Bulog sampai 31 Maret 2017 sebanyak 30 ribu ton. Dengan asumsi realisasi 90 persen, maka realisasi Januari-Februari 2017 sebanyak 27 ribu ton,” jelas Ketut di Jakarta, kemarin.

Jika ditambah dengan pemasu­kan impor daging sapi beku dan sapi bakalan hidup, lanjut Ketut, pada dua bulan pertama 2017 sudah masuk 75.200 ton.

Ketut merinci impor sapi bakalan yang dilakukan pe­rusahaan penggemukan sapi (feedloter ) di awal 2017. Pada Januari sebanyak 39.281 ekor, Februari 39.281 ekor, Maret 94.011 ekor, April 63.305 ekor, dan Mei 155.950 ekor.

“Total prediksi realisasi pe­masukan daging sapi dan kerbau Januari-Februari 2017 sekitar 75.200 ton. Apabila asumsi ini terealisasi ditambah dengan pemotongan sapi bakalan, maka prediksi ketersediaan sampai dengan Mei-Juni 2017 untuk puasa dan Lebaran relatif aman,” katanya.

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Sarman Simanjorang menilai, impor daging kerbau memberikan pengaruh positif terhadap kondisi pasar daging. Menurutnya, masyarakat kini menjadi tidak bergantung lagi pada sapi lokal.

Dia mengakui, masuknya daging kerbau asal India belum mampu menekan keperkasaan daging sapi segar di pasar. Sampai saat ini, harga daging sapi segar masih bercokol di level Rp 110 ribu-Rp 120 ribu per kilogram (kg). Tapi, harga daging kerbau bisa menjadi pili­han karena lebih terjangkau.


“Manfaatnya pilihan masyarakat menjadi banyak. Daging sapi lokal Rp 120 per kg, daging sapi impor Australia dan Selan­dia Baru Rp 80 ribu-Rp 85 ribu per kg, serta daging kerbau India Rp 65 ribu per kg,” ungkapnya.

Namun, dia mengkritik mo­nopoli impor daging kerbau yang dilakukan Bulog. Menurutnya, jika swasta diberikan keper­cayaan, harga daging kerbau bisa lebih rendah di pasaran. Selain itu, bila swasta diizinkan melakukan impor, dampaknya jangkauan pemasaran akan lebih luas. Karena swasta sudah memi­liki jaringan untuk memasarkan daging kerbau agar sampai ke tangan konsumen.

Selain itu, Sarman mengimbau pemerintah jangan terlalu cepat mengklaim kebutuhan untuk bulan puasa dan hari Raya Idul Fitri mencukupi. “Sebaiknya nanti dua bulan menjelang bulan puasa dilakukan penghitungan kembali antara stok dan kebutu­han,” saran Sarman.
Share on Google Plus

About Hanafi Idris

0 comments:

Post a Comment